Jumat, 24 April 2015

makalah " Teologi PL 2



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara umum perang tidak mutlak dilarang jika penciptaan berdasarkan hukum moral kodrat, menghendaki pengorganisasian bangsa – bangsa ke dalam negara – negara, ia harus menyediakan cara-cara atau alat-alat yang perlu bagi mereka tetapi ini termasuk bukan hanya hak untuk menentukan hukuman mati atas para penjaat di dalam batas – batas negaranya sendiri. Ini termasuk pula hak untuk membela diri dari perlindungan terhadap para musuh dari luar yang secara tidak adil menyerang negaranya namun demikian demi bolehnya perang secara moral sejumlah kondisi harus dipenuhi antara lain ketidak adilan aktual,pasti dan serius kemustahilan mempertahankan tuntutan-tuntutan adil secara damai kemungkinan dan harapan adanya keberhasilan demi pembelaan terhadap kesejahteraan umum penyerang perlu dibalas karena pembunuhan yang tidak adil tidak diperkenankan kendati kemungkinan biarpun suatu perang merupakan perang yang adil namun gerakan perdamaian yang sehat dan bahkan pasifime moderat pantas diberi tempat karena perang itu terlebih dahulu dengan pemakaian senjata-senjata modern niscaya membawa penderitaan yang mengerikan dan kerusakan Moral.
Perang merupakan salah satu hal yang sudah dari awalnya terjadi dalam kehidupan, hingga sampai saat ini pun masih berlangsung. Dari beberapa perang yang sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia yakni Perang Dunia ke-I dan ke-II. Dimana didalamnya, setiap warga negara yang berperang wajib membela negara dan bangsanya. Selain itu, dalam kehidupan bernegara dan berbangsa, kita sebagai warga negara terpanggil untuk setia dan mengabdi kepada negara, sehingga ada yang terpanggil menjadi aparatur negara seperti polisi dan tentara. Terkhusus dalam bidang militer, mempunyai kewajiban untuk mempertahankan negara dan membela negara dalam situasi yang menganggu keamanan negara[1]


1.2 Tujuan Penulisan .
Adapun Tujuan penulisan Paper ini  yang berjudul “ PERANG “ agar kita mampu dan lebih memahami apa yang dimaksud dengan Perang itu sendiri dan mampu memahami seksama  tentang perang yang  terjadi dan dipimpin oleh  Tuhan itu melalui Paper ini.  
1.3 Metode Penulisan
Ada pun Metode Penulisan yang digunakan dalam pembuatan Paper ini yaitu mengunakan berbagai sumber Buku Kamus Filsafat, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Ibrani – indonesia, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Bunga Rampai Teologi Perjanjian Lama, Sikap Kekristenan Terhadap War And Peace. Dalam Bambang Subandrijo (ed), Agama Dalam Praksis, Sejarah Filsafat Barat, dan Buku Etika Kristen Edisi ke dua  dan  melalui Media Internet sebagai Bahan Tambahan.
1.4 Manfaat Penulisan .
Hasil dari penulisan Paper ini diharapkan dapat memberi Manfaat bagi semua pihak yang terlibat terkhusus bagi mahasiswa /i STAKN Palangka Raya, dan bagi pembaca agar mengetahui bahwa isi dan maksud  Perang itu sendiri dalam beberapa pandangan .







BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perang Secara Umum.
Dalam KBBI, perang adalah suatu permusuhan, pertempuran bersenjata antara negara (bangsa), misalnya: kedua negara itu masih dalam keadaan perang, pasukan-pasukan yang baru datang pun mulai terlibat dalam perang yang sengit ataupun suatu perjuangan, melawan kejahatan, perkelahian, yang saling mengadu tenaga.[2]
A.    Metode Perang
Mengenai tata cara perang, banyak terdapat didalam PL. Dimana persiapan tidak saja meliputi persiapan agamawi tetapi juga meliputi hal lain seperti pengiriman mata-mata (Yos. 2). Karena alasan tertentu, musim semi adalah waktu yang paling baik untuk berperang (2 Sam. 11:1). Ditempulah cara-cara  perang yang lazim – apabila perdamaian tidak dapat dicapai dengan perundingan (Hak. 11:12); seperti: penggrebegan (1 Sam. 14), pengepungan (1 Raj. 20:1) dan penghadangan ( Yos. 8). Kadang-kadang pertempuran dibebankan kepada pribadi-pribadi terpilih (1 Sam. 17)[3]
2.2. Perang Dalam PL
Dalam bahasa Ibrani perang disebut dengan “Milkhama“ dan kata ini muncul lebih dari 300 kali dalam kanon Ibrani[4] yang berasal dari akar kata lakham, (berperang), bnd. Arab lahama, (merapatkan barisan atau tentara dalam kesatuan tempur[5] Secara eksplisit Tuhan pernah mengarahkan umat Israel untuk berperang tanpa belas kasihan setelah tawaran damai ditolak (Ul. 20:10-18). Dalam hal ini dibedakan ada bangsa yang dekat dan jauh. Bangsa yang jauh adalah mereka yang setelah kalah seluruh penduduk lelakinya harus dibunuh dengan pedang, yang lain ditawan, dan harta benda dirampas (ay.13-15). Bangsa yang dekat (Het, Amori, Kanaan, Feris, Hewi, Yebus) ialah mereka yang kota-kotanya akan diberikan kepada bangsa Israel sebagai milik mereka . Mereka harus ditumpas dengan alasan supaya praktik-praktik agama mereka tidak mempengaruhi orang Israel (ay. 16-18). Selain itu, sebuah alasan bahwa dalam PL merestui perang adalah dengan satu dua cara Allah digambarkan sebagai raja yang terlibat langsung dalam perang atau divine warrior atas binasanya pasukan mesir yang mengejar mereka orangisrael untuk pertama kali menyebut TUHAN sebagai is milkahama Pahlawan Perang (Kel. 15:3) masih banyak lagi ayat yang mengambarkan Tuhan sebagai pahlawan Perang para teolog sering mengaitkan epitet sebutan nama untuk citra Tuhan yang berperang atau God of war ada sepuluh kombinasi epitet untuk nama Tuhan sebanyak 285 kali ayat yang sering dipakai untuk mendukung pendapat inilah 1 Samuel 17:45 memberi indikasi bawa Tuhan dipahami secara militeristik. Melihat keterlibatan Tuhan dalam perang muncul sekaligus masalah teologis wahyu dan moral Citra Allah berperang tak sesuai dengan citra Allah pengasih Allah yang berkorban atau raja damai perang dalam PL hendaknya sesuai dengan nama Tuhan agar tidak saling terkait dengan citra Tuhan yang berperang itu sebabnya liskon ibrani yang belakangan ini tidak secara definitif memaksudnya apakah itu bala tentara israel, tentara malaikat atau bintang – bintang dilangit. Kejadian perang dalamk PL merupakan model merohanikan karena kemenangan perang orang israel diartikan sebagai kemenangan iman yang teguh atau kemenangan dalam perang rohani karena itu, ada cara tafsir yang serius mengakui realitas rendahnya Moralitas perang dalam PL yaitu Konsep Tuhan sebagai pahlawan perang itu sendiri yang dipandang sebagai primitif pra-Kristen ini merupakan murni hasil imajinasi manusia tentang Tuhan dan sama sekali bukan konsep hasil Wahyu. Konsep Tuhan sebagai pahlawan perang adalah cara orang israel kuno mengidentifikasikan Allah sama seperti bangsa – bangsa lain pada waktu itu memilki Dewa perang masing – masing, karena perang dalam PL sekalipun tidak mudah, Allah terlibat dalam perang dengan israel yang terdiri dari atas – atas orang – orang Berdosa caranya memerintah termasuk memakai perang dalam mempertahankan eksistensinya dengan demikian tidak bersih dari noda dosa. Perang murni berasal dari hawa nafsu manusia. Kenyataan Tuhan terlibat dalam perang umat, melahirkan terminologi “Perang Suci”, Perang dalam PL sekalipun atas perintah Tuhan tidak serta merta suci dalam pelaksanaannya karena dalam perang ini terlalu banyak unsur hawa nafsu manusia yag terlibat dalam pelaksanaanya namun demikian pada satu fase sejarah keelamatan perang demikian tidak dilarang Tuhan dan keterlibatan Tuhan dalam perang lebih dikarenakan hal itu berupa bagian dari proses sejarah Umat-Nya, bukan pembenaran atas perang itu sendiri  mengigat larangan jangan membunuh tetap berlaku setuasi demikian mungkin pararel dengan sistem perbudakan yang sudah melekat pada zaman Alkitab sehingga zaman PB pun tidak ada kecaman atas praktik perbudakan, namun tidak berarti Tuhan secara langsung membenarkan perbudakan karena diperlukan waktu bagai Tuhan dan dua ribu tahun lagi bagi manusia untuk sampai pada tingkat kesadaran kolektif bahwa perbudakan harus dicekam . [6]
 Dalam zaman PL sejarah bangsa Israel, mulai dari penaklukan tanah Kanaan hingga masa pembuangan Babel ditandai dengan peperangan. Banyak dari antara peperangan tersebut dilakukan atas seizin Allah Sebagian perang terjadi sebagai hukuman Allah (Ul. 28:47-48), perang juga terjadi sebagai kutuk atas dosa bangsa itu (Im. 26:21-25: 2 Samuel 12:9-10). Selain itu peperangan yang dilakukan oleh umat Israel senantiasa dijiwai oleh semangat Holy War dan percaya bahwa peperangan adalah peperangan antara yang baik dan yang jahat. perang di dalam PL  juga bersifat revelatory artinya bukan perang itu sendiri yang menjadi berita utama para penulis PL melainkan kebesaran dan kemuliaan Allah dibandingkan dengan kuasa-kuasa lainnya atau pun kesombongan manusia. Dan  bersangkut paut dengan pembuktian iman bangsa Israel bahwa Allah yang mereka sembah adalah Allah yang bertindak di dalam sejarah yang membedakan Israel dari agama-agama lain pada masa itu.Sekalipun Allah adalah Allah yang mengijinkan perang sebagai salah satu sarana untuk menyatakan kebesaran-Nya. Namun ini bukan sebua legitimasi bagi Israel untuk memutuskan perang sesuai dengan kehendaknya sendiri [7]

2.3 Perang Dalam Agama
Dari segi kehidupan israel, termasuk peperangannya  terhadapan Allah Justru Allah dikenal sebagai ‘ Pahlawan’ (Kel. 15:3; Yes 42:13), Nama Tuhan semesta Alam atau yang lengkapnya adalah YAHWEH Allah semesta Alam ini merupakan salah satu gelar utama yang ditegaskan di tempat suci antara suku di Silo dan  dapat diartikan yaitu  Tuhan adalah Bala tentara”, termasuk dalamnya tentara dimanapun ia berada termasuk didalam bumi (Kel. 12: 41; 1 Sam 17:45). Tuhan mengepalai bala tentara (2 Taaw 13:12). Dia menyuruh umatnya berperang (2 Taw. 6:34 Dia melakukan penghadagan  ( 2Taw. 20:22). Dan mengajar mereka petempur (Mzm. 144:1) Dia pernah megatur pengalihan pertempuran, sementara tentara israel tinggal saja (2Taw. 20:17). Kehadiran tabut adalah janji kepada Tuhan. Perperangan Allah harus berhasil (1Taw.5:22), sebab Dia sendiri, akan menyerahkan musuh ke dalam tangan umat-Nya (Ul. 20:13). Kadang – kadang dengan memakai kekuatan almiah untuk tujuan ini (Hak. 5:4,5) dengan itu perang dan persiapannya dianggap kudus (qiddesy milk hama) menguduskan peperangan Yer. 6:4 Yl 3:9 didahuli dengan penyerahan korban ,sering korban bakaran (Hak. 6:20,26) seruan perang yang dampaknya demi Tuhan dan demi Gedion (Hak. 7:18,20).  Bagi bangsa isreal peang dilakukan hanya sesuai kehendak Allah, dibawah pimpinan-Nya,dan diselsaikan dengan kepercayaan kepada-Nya . Musuh Israel adalah musuh Allah Kelangsungan kehidupan umat perjanjian milik Allah harus lestari. Umat harud disucikan dari segala immoralitas yang hebat yangn merusak kehidupannya, karena israel menajdi alat penyelamatan ilahi bagi dunia ini memnagu pengertian tentang larangan yang melibatkan pembinasaan Tuntas (ibarani kherem) yang mula bearti dikhususkan kemudian dikhususkan untuk dimusnahkan hal yang memusuhi pemerinatahan Allah. Rencana Allah tidak boleh dihambat oleh penyembahan berhala ( Ulangan. 7:1-6) justru tindakann yang tegas tuntas diperlukan untuk memelihara Israel tetap suci. 
Pada lain pihak peperangan dapat dipakai sebagai hukuman terhadap israel  (Hab.1:6, Yes.10:5, Yer. 25:1-9; Yeh.21:8-23) Nabi – nai palsulah yang senantiasa menubuatkan damai dan keamanan (Yer. 28) peperangan adalah kebijaksanaan sementara ; karena Daud tidak diperkenankan membangun bait Allah karena tanganya berlumuran darah  (1Raj.5:3) dan penyempurnaan dunia yang meliputi pengubahan senjata perang menjadi alat perdamaian (Yes. 2:4) Mesias dijanjikan dinamai Raja Damai tapi Ia mengukuhkan dan memberlakukan kerajaan-Nya melalui penaklukan musuh Allah (Dan 7; 10; Za 14: Maz 110). [8]

2.4 Perang dalam Perjanjian Baru (PB).
            Dalam PL Kerajaan Allah sama dengan bangsa ditengah – tengah bangsa – bangsa lain keberadaan kerajaan itu dan keterpilaharaannya tergantung pada alat termasuk perang, tapi dalam PB Kerajaan Allah kehilangan citra Nasional dan memperoleh bentuk baru. Perubahan ini sangat mempengaruhi nalar dan sikap para penulis PB tentang perang. Diantara pendengar Yohanes pembaptis dan rakyat mengikuti Yesus ada prajuri yang tidak dipuji tapi juga tidak dipersalahkan mengigat bahwa perang adalah bagian kemelut dunia dan tak terelakan Yesus berkata barang siapa mengunakan pedang akan binasa olehnya (Mat. 26: 52); dan pemerintah ditetapkan oleh Allah tidak percuma menyandang pedang. Malahan ada murid yang menjadi anggota kaum Zelot walaupun kekuatan mereka disalurkan melalui jalur Non – Politik parjurit perang dipuji dalam deretan pahlawan iman. Dikemudian hari orang seperti Tertulianus da Origenes mengatakan bahwa menjadi tentara tidak sesuai denga iman Kristen.
Kerajaan Allah tidak boleh dikembangkan dengan kekuatan fisik (Yoh. 18:36) sebab bukan duniawi petrus dimarahi karena tindakannya yang agresif pada waktu penangkapan Yesus. PB melanjutkan ajaran PL dengan menyatakan bahwa hakikat perang benar adalah sorgawi dan Rohani; medan perperangan sesungguhnya sorga. Pada saat bertobat orang Kristen memasuki pertentangan Kiasan maliter sering dipakai. Orang Kriste adalah tentara yang harus berperang yang baik, karena salib telah melucuti tuntas kekuasaan musuh maka kemenangan akhir pada kedatangan mesias dalam kekuasan sudah pasti. Tapi pertempuran terakhir yang adegannya secara apokalisptis yang dilukiskan sebagai Harmagedon Arti harmagedon tidak pasti meskiopun sangat mungkin didasarkan pada bukit  Magido, yang beberapa kali menajdi tempat pertempuran sengit pada zaman pemerintahan Nekho dan Yosia. Padangan C,C Torrey bahwa yang dimakasud ialah kata ibrani Har mo’ed (Gunung Pertemuan) yakni pertemuan ilah-ilah tidak kuat juga usul zimon bahwa hamargadon didasarkan mitos teentang Allah lawan kidos. Perperangan terakhir antara kebaikan dengan kejahatan akan mengenapi janji dalam PL mengenai damai kekal yang mulai dengan kedatangan mesias dalaam kekuasaan Anak domba akan mneghalangkan musuh-Nya dengan perkataan nya sendiri nafas mulutnya. Namun walaupun demikian, pada zaman Perjanjian Baru masih terdapat banyak peperangan yang dilakukan oleh manusia. Misalnya setelah Herodes mati pecahlah suatu pembrontakan di Yerusalem. Pemberontakkan ini terjadi akibat dari hukuman mati atas Yudas dan Matias menjelang matinya Herodes. Para pemberontak menuntut hukuman atas penasehat-penasehat Herodes. Arkhelaus, yang ditunjukkan Herodes sebagai penggantinya, mengirim pasukan-pasukan untuk menindas pemberontak tersebut namun gagal sehingga Arkhelaus mengirim tambahan pasukan dan terjadi pertumpahan darah. Kejadian ini berlangsung secara bertahap di Yudea, Galilea dan di Perea. Dan akibat dari pemberontakan itu, Varus dan Aretas IV Raja bangsa Nabatea berhasil mengalahkan pemberontak dan 2000 pemberontak itu disalibkan.[9]

2.5 Perang Salib
Perang Salib adalah gerakan umat Kristen di Eropa yang memerangi umat Muslim  di Palestina secara berulang-ulang mulai abad ke-11 sampai abad ke-13, dengan tujuan untuk merebut tanah suci  dari kekuasaan kaum Muslim dan mendirikan gereja dan kerajaan Latin di timur   Dinamakan Perang Salib, karena setiap orang Eropa yang ikut bertempur dalam peperangan memakai tanda salib pada bahu, lencana dan panji-panji mereka. Istilah ini juga digunakan untuk ekspedisi-ekspedisi kecil yang terjadi selama abad ke-16 di wilayah di luar Benua eropa  biasanya terhadap kaum pangan dan kaum non-Kristiani untuk alasan campuran; antara agama, ekonomi, dan politik. Skema penomoran tradisional atas Perang Salib memasukkan 9 ekspedisi besar ke Tanah Suci selama Abad ke-11 sampai dengan Abad ke-13. “Perang Salib” lainnya yang tidak bernomor berlanjut hingga Abad ke-16 dan berakhir ketika iklim politik dan agama di Eropa berubah secara signifikan selama masa Renaissance. Perang Salib pada hakikatnya bukan perang agama, melainkan perang merebut kekuasaan daerah. Hal ini dibuktikan bahwa tentara Salib dan tentara Muslim saling bertukar ilmu pengetahuan.[10] faktor utama yang menyebabkan terjadinya Perang Salib adalah faktor agama, politik, dan sosial ekonomi Faktor Agama Sejak Dinasti Seljuk merebut Baitul Maqdis dari tangan Dinasti Fatimiyah pada tahun 1070 M bertepatan pada tahun 471 H, pihak Kristen merasa tidak bebas lagi memunaikan ibadah ke sana. Hal ini disebabkan karena para penguasa Seljuk menetapkan sejumlah peraturan yang dianggap mempersulit mereka yang hendak melaksanakan ibadah ke Baitul Maqdis. Bahkan mereka yang pulang berziarah sering mengeluh karena mendapat perlakuan jelek dari orang-orang Seljuk yang fanatik. Umat Kristen merasa perlakuan para penguasa Dinasti Seljuk sangat berbeda dengan para penguasa Islam lainnya yang pernah menguasai kawasan itu sebelumnya.  Faktor Politik Kekalahan Bizantium -sejak 330 disebut Konstantinopel (Istambul)- di Manzikart (Malazkird atau Malasyird, Armenia) pada tahun 1071 M dan jatuhnya Asia Kecil ke bawah kekuasaan Seljuk, telah mendorong Kaisar Alexius I Commenus (Kaisar Konstantinopel) untuk meminta bantuan kepada Paus Urbanus II (1035-1099; menjadi Paus dari 1088 sampai 1099) dalam usahanya untuk mengembalikan kekuasaannya di daerah-daerah pendudukan Dinasti Seljuk.[11]
Perang salib mempunyai arti penting tertentu dalam hubungannya dengan kebudayaan sudah wajar pihak kepausan memimpin dalam inisiatif Perang Salib karena obyeknya paling tidak nampak adalah kegamaan; jadi kekuasaan para paus meningkat dengan propaganda perang dan semangat keagamaan yang menggelora. Dampak penting lain adalah pembunuhan besar – besaran orang – orang Yahudi; mereka yang tidak dibunuh dirampas harta bendanya dan dibaptis dengan paksa. Terjadi pembunuhan besar – besaran terhadap orang – orang Yahudi di jerman pada perang salib pertama, dan di inggris pada perang salib ketiga, pada masa berkuasanya Richard Si Hati Singa. York, dimana kaisar Kristen pertama memulai kekuasaanya adalah salah satu anjang kekejaman paling sadis terhadap umat yahudi, sebelum perang salib, ampir monopoli perdagangan barang – barang dari timur seluruh Eropa; setelah perang salib, sebagai akibat dari pembantaian orang – orang Yahudi, perdagangan ini dikuasai orang – orang Kristen. Deampak lain yang sangat berbeda dari perang salib adalah mendorong Kontak di bidang ilmu pengetahuan dengan Konstatinopel. Selama abad kedua belas dan awal abad ketiga belas banyak terjemahan dari Bahasa Yunani kebahasa Latin dikerjakan sebagai bentuk dari hubungan ini terjalin banyak hubungan dagang dengan Konstatinopel khususnya dengan orang – orang Venetia, tetapi pedangang-pedagang Italia tidak disibukan dengan ilmu – ilmu kuno Cina.[12]
2.6 Pandangan Kaum Pasifisme dalam Alkitabiah: Perang Selalu Salah.
Pandangan orang Kristen pasifis yang menentang segala bentuk perang melihatkan banyak hal, namun ada beberapa dasar yang mengaris bawahi semuanya salah satunya terdapat dalam perintah Alkitabiah,”jangan Membunuh” (Kel. 20:13) dan yang lain dalam perkataan Yesus” Janganlah Kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu”(Mat. 5:39 ). Membunuh selalu salah, jauh dari lubuk hati pasifisme ada keyakinan bahwa sengaja mencabut nyawa orang lain selalu salah. Snegaja menghabisi nyawa, khususnya di dalam perang pada dasarnya dan secara radikal salah. Larangan kitab Suci” jangan membunuh” termasuk perang , karena perang adalah pembunuhan besar -besaran. Pembunuhan adalah pembunuhan baik itu dilakukan di dalam masyarakat sendiri maupun terhadap orang dalam masyarakat lain. Karena kesimpulan ini sangat jelas bertentangan dengan banyak kasus di dalam Kitab suci yang kelihatannya  memerintahkan perang, kaum pesifisme Kristen harus menjelaskan mengapa Alkitab kadang-kadang memerintahkan perang. Aneka jawaban diberikan oleh berbagai kaum pesifis sejumlah orang berpendapat bahwa peperangan didalam perjanjian Lama yang digambarkan Allah sebagai perintah (Yos.10) sebenarnya tidak “diperintahkan” Allah sama sekali sebaliknya peperangan tersebut menampilkan suatu keadaan manusia yang lebih biadab dimana peperangan dibenarkan jika ada sanksi ilahi. Karena pilihan ini sepertinya jelas –jelas menolak otoritas perjanjian Lama, ini bukanlah alternatif yang dimungkinkan ada dalam diri orang Kristen injili. Sejumlah kaum pesifis beranggapan bahwa perang –perang ini khusus dalam arti Israel bertindak sebagai alat teokrasi di tangan Allah. Ini semua bukan perang yang benar –benar dilakukan Israel melainkan perang Allah,sebagaimana yang telah terbukti melalui mujizat-mujizat Khusus yang Allah perlihatkan untuk memenangkannya.
Kaum Pesifis lain berpendapat bahwa peperangan dalam Perjanjian Lama bukanlah kehendak Allah yang sempurna melainkan hanyalah kehendak-Nya yang mengizinkan. Allah digambarkan sebagai yang memerintahkan perang dalam pemgertian sekunder dan memberikan izin yang sama dimana dikatakan bahwa Dia memerintahkan Samuel untuk mengurapi Saul sebagai Raja (1Sam. 10:1) sekalipun Allah tidak memilih Saul melainkan Daud menjadi Raja. Perang diperintahkan oleh Allah dalam pengertian yang sama seperti peristiwa Musa memerintahkan perceraian karena ketegaran hati manusia (Mat. 19:8). Ini bukan berarti bahwa Allah benar – benar lebih menginginkan dan memerintahkan perang ketimbang menyukai ketidaktaatan atau perceraian. Allah mempunyai cara yang lebih baik dari itu dan caranya adalah ketaatan dan kasih. Allah bisa mencapai Tujuan-Nya di Israel dan Kanaan tanpa Perang jika mereka lebih taat pada-Nya. Tak ada perang seperti yang pernah diperintahkan Allah apa yang diperintahkan Allah dengan jelas dan dengan Tegas adalah “Jangan Membunuh” perintah ini berlaku bagi semua orang, kawan atau Lawan semua orang dijadikan   penurut gambar Allah dan karena itu, membunuh mereka adalah kesalahan perjanjian lama dengan jelas mengajarkan bahwa manusia harus mengasihi musuhnya dan Yesus menegaskan kembali hal ini “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiya kamu” (Mat. 5:44). Perang didasarkan pada kebencian dan pada hakikatnya salah. Mencabut nyawa orang lain bertentangan prinsip kasih dan karena itu pada dasarnya tidak Kristiani.  Melawan kejahatan dengan kekuatan adalah kesalah. Yang berkaita erat dengan alasan dasar yang pertama dari pasifisme, bahwa membunuh iru salah adalah hal lain. Jangan pernah melwan kehajatan dnegan kekuatan fisik, tetapi dengan kekuatan Rohani yaitu kasih. Bukan Yesus berkata “ janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadam, melainkan siapapun siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu” (Mat. 5:39) bukankah Kristus juga mengajarkan dalam bagian ini bahwa “siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil”(ayat 14). Peryataan Yesus” Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang” tidak bisa dipakai untuk mendukung perang. Pasifisme terikat pada dasar pikiran bahwa hakikatnya mengunakan kekuatan fisik itu salah, setidaknya sampai harus mencabut nyawa, demi melawan kejahatan. Ini tidak berarti bahwa kaum pasifisme menolak segala kekuatan maksudnya hanyalah bahwa mereka percaya pada kekuatan yang lebih besar dari rohani yang baik dalam menghadapi kekuatan –kekuatan fisik yang jahat. Kaum pasifis pada hakikatnya yakin bahwa “perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging tetapi melawan roh roh Jahat di udara” (Ef.6:12).[13]

2.7 Pandangan Sosial : Perang Selalu Salah.
            Ada pendapat sosial yang kuat yang menentang peperangan. perang  bukanlah cara terbaik untuk menyelesaikan perselisihan manusia. Sepanjang sejarah seungai darah manusia mengalir akibat peperangan segala macam kejahatan berasal dari perang:kelaparan, kekejaman,wabah penyakit, dan kematian. Perang berdasarkan kejahatan ketamakan, kembali kepada karya Plato, Republic yang beranggapan orang mengakui bahwa keinginan pada kemewahan merupakan dasar peperangan. Plato menyelidiki “kita sebelum perlu mengatakan apakah  perang mengerjakan kebaikan atau kerugian tetapi hanya bahwa kita telah menemukan alasan dari keingginan yang merupakan sumber kejahatan yang paling subur baik bagi setiap orang maupun bagi negar, Perang mengakibatkan banyak kejahatan kejahatan perang terlalu banyak jmlahnya yuntuk dibahas, kita tidak berdaya mengukur penderitaan luka dan kenegerian perang. Salah satu gambaran yang paling hidup ada didalam wahyu dimana Yohanes menulis demikian, dan aku melihat sesungguhnya ada seekor Kuda hijau kuning dan orang menungganginya bernama maut dan kerajaan maut mengikutinya mereka diberikan kuasa untuk membunuh dengan pedang dan dnegan kelaparan dan sampar dan dengan binatang – binatang buas dibumi (Wahyu.6:8). Itulah akibat – akibat jahat dari perang, belum termasuk pemerkosaan, kekejaman, dan tindakan biadab lainnya.
Perang menghasilkan perang. Perang dunia I dinyatakan sebagai perang yang mengakhiri segala perang(Woodrow Wilson di hadapan Kongres Amerika serikata, 2 April 1917). Tetapi tidak ada perang sampai saat ini yang benar – benar membuat dunia bebas perang. Yang tertindas sering kali bangkit untuk membalas dendam terhadap penindasan mereka. Banyak perang yang tidak pernah benar – benar berakhir; perang – perang itu hanyalah mereda perang “dingin” cenderung berubah perang panas dan perang yang sebagian berubah menjadi perang bersekala penuh. Tak ada yang benar – benar menyediakan penyelesaian yang tetap untuk permusuhan ketimbang mempersatukan manusia, sebaliknya perang sepertinya menguatkan rasa permusuhan mereka. Perang tampil untuk membangkitkan semangat balas dendam dan membuka kemungkinan terjadinya konflik yang lebih jauh, mungkin mereka merasa perang hanya berakhir sia-sialah yang telah membawa begitu banyak orang mengyakini sikap yang dianut kaum pasifis. Kaum pasifis berpendapat bahawa perang tidak alkitabiah sekaligus antisoasial ini dilarang Allah dalam perintah jangan membunuh dan hal ini semakin menjadi semakin menjijikan bagi umat manusia, yang memperlihatkan meningkatkannya tanda-tanda kebosanan menghadapi perang karena kekejaman yang terus menerus dari diri manusia.[14]  

2.8 Pandangan Selektivisme: Perang yang adil.
            Selektivisme berpendapat bahwa sejumlah perang bisa dibenarkan dan sejumlah lain tidak, padangan ini menawarkan alternatif yang lebih memuaskan bagi etika Kristen. Baik Aktivisme maupun pasifisme mengklaim mendapatkan dukungan dari kitab suci. Setiap pandangan mewakili sejumlah kebenaran. Kebenaran dari pasifisme adalah bahwa sejumlah perang tidak adil orang – orang Kristen sebaiknya tidak berpartisipasi didalamnya. Kebenaran dari Aktivisme  ialah bahwa sejumlah perang itu adil dan orang – orang kristen sebaiknya berpartisipasi di dalamnya. Kebenaran aktivisme ialah bahwa sejumlah perang itu adil dan orang Kristen harus ikut berjuang di dalamnya. Maka selektivisme berkomitmen dalam sikap bahwa seseorang harus berpartisipasi hanya dalam perang yang adil. Sebenarnya ada satu titik kesepakatan (setidaknya secara teoretis), kaum selektivisme berpendapat bahwa pada prinsipnya beberapa perperangan yang tidak adail dan adil, Untuk mendukung selektivisme Kristen harus memperlihatkan bahwa pasifisme total itu salah dan pada prinsipnya tidak adil,dengan demikian memperlihatkan bahwa aktivisme itu salah.
Alkitab mengajarkan bahwa menaati setiap perintah dari pemerintah tidak selalu benar, khususnya ketika perintah – perintahnya itu bertentangan dengan hukum – hukum moral Allah yang lebih tinggi . ada contoh-contoh yang jelas mengenai hal ini didalam Alkitab, Tiga pemuda Ibrani tidak menaati perintah Raja untuk menyembah patung (Dan. 3)  Daniel melanggar suatu Hukum yang melarangnya berdoa kepada Allah ( Dan 6) Para rasul jemaat – jemaat mula-mula tidak menaati perintah untuk tidak membertakan injil Kristus (Kis. 4-5). Dan di dalam suatu kasus yang nyata tentang ketidak taatan terhadap hukum sipil yang disetujui Allah, para bidan ibrani dimesir tidak menaati perintah untuk membunuh seluruh bayi laki – laki yang dilahirkan, bagian ini sudah sangat jelas mengajarkan bahwa kesalahan mencabut nyawa orang yang tak bersalah, sekalipun pemerintah yang dilantik oleh  Allah memerintahkannya. Pemerintah yang memerintahkannya mungkin dilanyik oleh Allah, tetapi perintah secara moral tidak dapat dibenarkan tidak dilantik oleh Allah. Perang yang disetujui Allah seperti yang dilakukan Abraham melawan Raja – raja di Lembah sidim (Kej. 14 ). Pada waktu mereka mengambil tindakan agresif” Lot”, anak saudara Abram, beserta harta bendanya dibawa musuh. Perang yang dapat dukungan dari Allah ini merupakan kasus Khusus yang penting karena muncul sebelum Israel di tetapkan sebagai negara teokrasi (Kel. 19) seperti yang Allah perintahkan Yosua untuk memusnahkan penduduk Kanaan yang jahta (Yos.10 ) .
Perang demi membela yang tak bersalah merupakan perang yang adil berperang karena membela orang yang tak bersalah adalah adil perang melawan agresi adalah perang yang adil umumnya ini adalah sipenyerang bersalah, kecuali lebih dulu diserang. Kej. 14 merupakansalah satu contoh yang sangat tepat. Raja – raja dari Lembah menyerang lebih dahulu penyerbuan kembali oleh abraham sebenarnya membela orang-orang yang tidak bersalah. Penyerang yang lebih dahulu bertindak berada dalam posisi yang salah.  Namun negara, yang diserang tak berhak tetap menduduki negara penyerang. Dia hanya berhak menyelamatkan warga dan harta miliknya dan memastikan keadilan. Dua kesalahan tidaklah membuat satu kebenaran ada kewajiban moral untuk mengembalikan kemerdekaan negara yang ditaklukkan, sekalipun kenyataannya mereka adalah penyeran. Bagaimana Jerma dan jepang dipulihkan setelah perang kedunia II merupakan contoh tentang apa yang seharusnya dilakukan.
Berperang untuk menjalakan keadilan adalah adil. Perang yang adil mungkin bersifat menghukum. Ada kalanya adil jika menggunakan aksi amliter melawan, dan bahkan menyerbu suatu bangsa yang telah menyerang bangsa lain. Hitler adalah penyerang dinegara Prancis dan negara – negara Eropa lainnya. Maka adalah adol bagi Angkatan Perang sekutu untuk menyerbu  jerman dengan maksud manaklukan kaum Nazi. Demikian juag, negara – negara yang terlibat dalam terorisme  melawan negara lain seharusnya menerima pembalasan militer yang tepat. Prinsip di balik tindakan penghukuman semacam ini adalah yang sama dengan prinsip yang ada di balik hukuman mati (Lih. Bab 2) : nyawa di ganti dengan nyawa . keadilan menuntut bahwa hukuman sesuai  dengan kejahatannya tak peduli pelakunya perorangan atau suatu bangsa. Bangsa – bangsa merupakan subjek bayar ganti rugi yang adil karena serangan mereka. Perang yang adil harus dilawan oleh pemerintah: Allah memberikan pedang kepada pemerintah, bukan kepada perorangan (Rm. 13:4 ) itu sebabnya, perorangan di dalam suatu negara tidak boleh terlibat dalam aktivitas Maliter yang adil tanpa persetujuan pemerintahnya. Perang harus dinyatakan oleh mereka yang berkuasa atasnya sebagai perang yang adil. Namun tidak setiap perang yang dilakukan suatu negara merupakan perang yang adil dan Allah telah mengaruniakan hak untuk mengunakan perang pada negara ini hanya kepada pemerintah,bukan kepada perorangan (Kej. 9:6; Rom. 13:4 ).
Ini tidak berarti bahwa perorangan bisa melindungi diri dengan sarana pedang sebagaimana sudah kita lihat bahkan membunuh dalam pembelaan diri merupakan hal yang biasa dibenarkan (Kel. 22:2 ). Namun,tak ada Pribadi yang berdaulat yang berhak melibatkan negaranya dalam perang melawan negara lain juga perorangan (atau kelompok) dalam suatu negara tidak berhak mengumumkan perang mlawan negaranya sendiri (lihat. Bab 14). Allah tidak pernah memberi pedang kepada pribadi untuk digunakan pada pemerintah melainkan kepada pemerintah untuk digunakan pada warganya yang melawan Hukum. Perang yang adil harus dilawan dengan adil tindak setiap tindakan didalam perang yang adil merupakan tindakkan perang yang adil. Perang kimia adalah tidak ber prikemanusiaan , menyiksa atau membiarkan para tahanan kelaparan secara moral merupakan kesalahan, sengaja membunuh para wanita dan anak –anak yang tak bersalah tidak bisa dibenarkan sebaliknya jika wanita atau bahkan seorang anak yaang masih  muda merupakan bagian dari maliter maka mereka biasa melawan dengan  kekuatan apapun yang diperlukan. Misalnya, seorang anak dengan geranat tangan atau bom yanh di ikat pada tubuhnya merupakan target maliter yang sah. Tetapi menembaki bayi – bayi dalam pelukan ibu mereka bukanlah tindakan yang adil, bahkan dalam perang yang adil sekalipun. Alkitab berbicara tentang masalah tindakan perang yang adik dalam ulangan 20:19 dimana israel diberitahu “apabila dala menerangi suatu kota, engkau lama mengepungnya untuk direbut, maka tidak boleh engkau merusaknya pohon-pohon sekelilingnya dengan mengayunkan kapak kepadanya; buahnya boleh kau makan, tetapi batangnya janganlah kau tebang hnaya pohon – pohon yang tidak berbuah yang boleh digunakan untuk mendirikan pagar pengepungan (ayat 20) dengan kata lain, israel tidak boleh menghancurkan kapasitas negeri untuk menompang hidup rakyatnya setelah peperangannya usai. Jika orang tidak memperhitungkan prospek kemenangan yang rasional, maka melakukan perang tak peduli demi keadilan, bisa setara dengan bunuh diri massal. Ini tersirat dalam peryataan Yesus bahwa atau raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan apakah ada 10 ribu orang ia sanggup menghadapi lawan mendatanginya dengan 20 ribu orang jikalau tidak ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat – syarat perdamaian” (Lukas. 14:31-31). Sejumlah perang kemerdekaan melawan tirani pasti akan menimbulkan resiko bahkan resiko besar tetapi bahkan kemudian komandan tertinggi harus memilih untuk takluk atas bunuh diri yang dilakuan pasukan tentara. Berperang hanya sesudah gagalnya upaya damai non –Militer. Sebagaimana dicatat di atas israel harus menawarkan damai pada kota –kota musuh lebih dahulu (Ul. 20:10), sebelum israel menyerang mereka. Selain itu, paulus mendesak sedapat – dapatnya kalau hal ini berantungan padamu hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! [15]
v   Beberapa Masalah Dengan Selektivisme:
Masalah perang nuklir. Karena perang nuklir  habis – habisan pada dasarnya menghancurkan kemampuan dunia untuk bertahan hidup sesudah bencana, bukankah dengan sendirinya menggunakan senjata – senjata nuklir salah secara moral ini murapakan salah satu masalah yang sangat serius bgai kaum selektivisme dan pandangan apapun yang lebih menyukai perang dalam situasi apapun beberapa hal harus diperhatikan sebagai tanggapannya. Pertama: ini adalah masalah perselisihan yang sesungguhnya bilama perang nuklir dalam skala penuh dengan akan menghancurkan seluruh dunia dan tak terpulihkan. Dengan peringatan dan tempat perlindungan yang memadai, banyak populasi bisa diselamatkan dari serangan nuklir yan habis –habisan dan dengan menyimpan dan perlengkapan makanan yang memadai, pengaruh – pengaruh radiasi yang diperingan bisa bertahan sekalipun biaya lebih tinggi dalam perang nuklir, prinsipnya sama saja senjata – senjata nuklir seharusnya dgunakan secara adil dan berbeda mereka seharusnya dugunakan secara adil, dan berbeda. Mereka seharusnya diarahkan misalnya: pada target militer bukan penduduk sipil namun mungkin lebih banyak orang yang tak bersalah tak sengaja terbunuh dalam perang nuklir ketimbang dalam perang konvensional. Jika perang nuklir dijalankan dengan tak adil maka orang-orang yang tak adillah yang akan berkuasa menyatakan persenjataan nuklir tak adil memungkinkan terjadinya ancaman nuklir bahkan ancaman penggunaannya oleh kekuatan yang jahat bisa membuat orang-orang yang tak bersalah tunduk pada tuntutan –tuntutan tirani masalah perang yang dilakukan sebagai diperangi: suatu aspek perang lain perlu diperhatikan adakah saat kita seseorang boleh bertindak membela diri sebelum diserang singkatan.[16]


BAB III
REPLEKSI TEOLOGIS
3.1 Repleksi Teologis
Perang merupakan salah satu yang sangat menakutkan bagi kita dan bagi bangsa kita sendiri karena perang merupakan salah satu bangsa – bangsa yang  akan terpecah belah dan kedamaian kita didunia ini akhirnya terganggu, perang adalah salah satu ancaman yang perlu kita waspadai dimana kita tinggal, namun perang itu tidaklah buruk didalam beberapa Pandangan termasuk didalam perang pada perjanjian Lama perang yang dimaksud dalam perjanjian Lama ini merupakan perang mempertahankan suatu bangsa saat itu, yaitu bangsa Israel melalui perang dalam perjanjian Lama ini karena bangsa Israel sendiri mempertahan kan suatu negeri mereka pada saat itu, peperangan yang sangat sengit dan pastinya akan banyak yang akan terbunuh namun pada saat itu Bangsa israel tidak perlu takut akan peperangan itu karena mereka memiliki Allah yang perkasa yang berada didalam pihak mereka pada saa itu. Dalam zaman PL sejarah bangsa Israel,  memulai  perang melalui dari penaklukan tanah Kanaan hingga masa pembuangan Babel  yang ditandai dengan peperangan karena saat itu sebagai kutuk atas dosa  pada bangsa itu (Im. 26:21-25: 2 Samuel 12:9-10 peperangan yang dilakukan oleh umat Israel senantiasa dijiwai oleh semangat Holy War dan percaya bahwa peperangan adalah peperangan antara yang baik dan yang jahat dalam PL  juga bersifat revelatory artinya bukan perang itu sendiri yang menjadi berita utama para penulis PL melainkan kebesaran dan kemuliaan Allah dibandingkan dengan kuasa-kuasa lainnya atau pun kesombongan manusia, Sekalipun Allah  yang mengijinkan perang sebagai salah satu sarana untuk menyatakan kebesaran-Nya. Namun ini bukan sebuah legitimasi bagi Israel untuk memutuskan perang sesuai dengan kehendaknya sendiri karena itu Bangsa israel tidak akan mampu berperang tanpa Allah yang berada dipihak mereka Allah yang berkuasa Atas Manusia dan termasuk kepada kita  dan pada Zaman kita sekarang Allah tetap berkuasa dan akan membantu kita melawan perang, walaupun bukan perang seperti yang dilakukan bangsa Israel untuk merebut tanah Kanaan namun kita berperang melawan kedagingan kita, melawan Iblis yang ingin menjerumuskan kita kedalam Dosa, maka dari itu kita berperang melawan itu semua bersama Allah dan Tuhan Yesus Kristus AnakNya yang tunggal yang dikirimkan bagi kita yang telah menebus dosa kita dan menyelamatkan kita bagi kita yang percaya kepada-Nya senantiasa. Amin


















BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan.
Kesimpulan makalah ini yaitu, Perang Dari segi kehidupan israel, termasuk peperangannya  terhadapan Allah Justru Allah dikenal sebagai ‘ Pahlawan’ (Kel. 15:3; Yes 42:13), Nama Tuhan semesta Alam atau yang lengkapnya adalah YAHWEH Allah semesta Alam ini merupakan salah satu gelar utama yang ditegaskan di tempat suci antara suku di Silo dan  dapat diartikan yaitu  Tuhan adalah Bala tentara”,  dan dalam PL juga termasuk didalamnya tentara dimanapun ia berada termasuk didalam bumi, Dia menyuruh umatnya berperang (2 Taw. 6:34 Dia melakukan penghadagan  ( 2Taw. 20:22). Dan mengajar mereka petempur (Mzm. 144:1) Dia pernah megatur pengalihan pertempuran, sementara tentara israel tinggal saja (2Taw. 20:17).  Perperangan Allah harus berhasil (1Taw.5:22), sebab Dia sendiri, akan menyerahkan musuh ke dalam tangan umat-Nya (Ul. 20:13). keterlibatan Tuhan dalam perang lebih dikarenakan hal itu berupa bagian dari proses sejarah Umat-Nya, bukan pembenaran atas perang itu sendiri  mengigat larangan jangan membunuh tetap berlaku setuasi demikian mungkin pararel dengan sistem perbudakan yang sudah melekat pada zaman Alkitab sehingga zaman PB pun tidak ada kecaman atas praktik perbudakan, namun tidak berarti Tuhan secara langsung membenarkan perbudakan karena diperlukan waktu bagi  Tuhan dan dua ribu tahun lagi bagi manusia untuk sampai pada tingkat kesadaran kolektif bahwa perbudakan harus dicekam. Namun dengna demikian Bahwa peperangan Antara Bangsa Israel yang dipimpin oleh Allah itu sendiri karena Allah berhak memimpin Bangsa Nya namun dengan demikian Allah hanya membantu mereka yang percaya kepada-Nya, peperangan Pada zaman itu masih berlaku pada saat zaman Modern ini, namun dengan demikian Allah Sendiri Tidak akan membiarkan itu terjadi kembali dengan adanya pembunuhan berdarah karena zaman sekarang kita akan berperang melawan Kuasa2 yang berasal Iblis, kita melawan Maut Iblis yang menganggu Kita.

4.2 Saran:
Perang merupakan masalah yang selama ini kita hadapi dalam zaman PL dan PB  pun perang menjadi salah satu Kontroversi karena banyak jiwa yang Mati dalam berperang, sebenarnya Kita boleh berperang  tetapi dalam tempat dan alasan yang tepat, namun dari beberapa negara perang menjadi salah satu tujuan Akhir untuk menyelesaikan Masalah, contoh seperti Israel dan Pelestina sampai zaman Modern pun perang masih terjadi, termasuk dalam negara kita indonesia perang masih terjadi, yang sering disebut bentrok itupun alasan mereka orang indonesia hanya masalah yang tidak besar dan menjadi dibesar – besarkan, Namun dengan demikian Kita sebagai orang Yang percaya dan mengetahui bahwa Perang itu merupakan salah satu yang tidak baik bagi bangsa kita karena perang membuat perpecahan diantara bangsa, hendaklah kita kini tidak berperang melawan sesama Manusia namun kita berperang melawan kedagingan kita, melawan Iblis yang kini meraja lela ingin membuat kita lemah terhadap Iman kita dengan Tuhan, hendaklah Kita menjadi Prajurit yang telah Tuhan pimpin menghadapi perang melawan Iblis, dengan cara kita harus percaya bahwa Tuhan adalah juruslamat kita saat ini dan sampai selama-Nya.










[1] Lorens Bagus, Kamus Filsafat, Gramedia:jakarta,1996 Hlm.822-823
[2] Poerwardarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1976, hlm. 735
[3] [3] J.A. Motyer, Perang dalam Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid II (M-L), Jakarta: YKBK/OMF, 2007 hlm 239.
[4] A.A. Sitompul dan Baker, Kamus Ibrani-Indonesia, Jakarta: BPK-GM, 2001, hlm.38
[5] J.A. Motyer, Perang dalam Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid II (M-L), Jakarta: YKBK/OMF, 2007 hlm. 237.
[6] Yonky Karman, Bunga Rampai Teologi Perjanjian Lama .Jakarta: BPK-GM, 2005, hlm. 153
[7] Benyamin F. Intan, Sikap Kekristenan Terhadap War And Peace. Dalam Bambang Subandrijo (ed), Agama Dalam Praksis, Jakarta: BPK-GM & Yayasan Widya Bhakti, 2003, hlm. 164
[8] J.A. Motyer, Perang dalam Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid II (M-L), Jakarta: YKBK/OMF, 2007 hlm.238
[9] J.A. Motyer, Perang dalam Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid II (M-L), Jakarta: YKBK/OMF, 2007 hlm 239
[10] Bosch, David J. Transformasi Misi Kristen. BPK Gunung Mulia. hlm. 351.
[12] Bertrand Russell, Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.2002 Hlm.576
[13] Norman L. Geosler, Etika Kristen Edisi ke dua  ,Literatursaat: Malang 2010 Hlm 264-266
[14] Norman L. Geosler, Etika Kristen Edisi ke dua  ,Literatursaat: Malang 2010 Hlm267-268
[15] Norman L. Geosler, Etika Kristen Edisi ke dua  ,Literatursaat: Malang 2010 Hlm 269 -270
[16] Ibid Hlm 270-271

1 komentar:

  1. suatu artikel yang bagus untuk dibaca dan dipelajari..
    smga makin baik kedepannya

    BalasHapus